Monthly Archives: November 2011

Rasa Itu Pernah Ada

“Ah…,sial sekali hari ini, sendirian berangkat sekolah,udah gak dianter, gak ada angkot lewat,perut kosong lagi,ugh!!! Sial” gumamku dalam hati… Dengan berjalan sempoyongan tiba-tiba “BRUGGH!!!” “aduh sakit”  Tak lama kemudian ada yang menepuk pundakku sambil berkata “ma’af mbak saya lagi tergesa-gesa”. “eh! Siapa kamu? Masa’ ada cewek jatuh gak di tolongin malah lari !” teriakku keras. Dengan wajah inosen dia lari meninggalkanku yang sedang kesakitan, ku coba pelan-pelan untuk berdiri “Ok! Akhirnya berhasil” lalu ku lihat jam tanganku “Oh…God, jam 7,ah sial! Telatttt…”  ku berlari menahan sakit.

Skenario sudah kutebak, Pak Ahmad sudah mengunci pintu gerbang. Kemudian beliau bertanya kepadaku “kenapa kamu telat?”. “habis di tubrug orang pak, lutut saya lecet, jadi berjalannya agak lama” ucapku dengan wajah memelas. “ah! gak percaya mana buktinya ?” Tanya Pak Ahmad yang masih penasaran dengan keadaanku. “ini pak” ku tunjukkan lutut ku. Wajah Pak Ahmad terlihat shock!!!. “Ah! Saya tidak percaya. Pasti ini hanya ulah kamu saja biar tidak di beri point dan hukuman kan,? Ayo sekarang bapak antar ke ruang tatib” , “tapi pak saya tidak bohong” ujarku dengan wajah penuh belas kasihan. Tanpa basa-basi Pak ahmad menyeretku ke ruang tatib. Aku pun di introgasi layaknya habis mencuri TV di rumah orang. “Siapa namamu?” Pak Rudi, guru tatib, mulai bertanya tanpa basa-basi. “ Calluna Az-Zahra, panggilan Luna”. “kelas?”. “X 1,”. “Sekarang kamu hormat kepada sang saka merah putih selama 2 jam pelajaran dan kamu mendapat point 10. Mengerti!!” perintahnya dengan tegas. “Mengerti , Pak”  jawabku dengan wajah tertunduk.

Akhirnya kuturuti semua perintah Pak Rudi. “Tuhan.. panas sekali pagi ini, mengapa matahari tidak memberi 50% diskon kesejukan tubuh dan pikiran untukku??”. “Tet….tet…tet…” pelajaran 1-2 telah usai, akhirnya hukuman tanpa kesalahan telah berakhir dan akupun menuju ke dalam kelas. Sungguh malunya diriku. Semua arah bola mata menatapku. “Luna, kenapa sih kamu kok bisa telat?” Tanya Randy si ketua kelas. Aku tak menghiraukannya.Kali ini aku memang tak butuh pertanyaan dari siapapun begitu pula perhatian “Tuhan sungguh egoisnya diriku”, “wajahmu pucat dan jalanmu pincang” komentar Putri yang duduk di sampingku, dan begitu pula aku tidak menjawab pertanyaannya, “Ok! Aku mengerti pasti kamu lagi gak mau jawab” sanggahnya lagi.

Masuk jam pelajaran 3-4 telah di mulai, kali ini jam pelajaran Mrs. Elena, seorang guru bahasa Inggris. “Good morning, everybody..” sapa Mrs. Elena. “Good morning mom” jawab serentak anak kelas X1. Aku menjawab sambil tertunduk,karena hatiku masih resah. “student’s..  I have something for you. And I know you will be happy.” “what is that mom?” jawab semua siswa kecuali aku. Kemudian Mrs. Elena keluar kelas dan membawa masuk seorang cowok, “ student’s.. this is a boy” Mrs.Elena membuyarkan pandangan yang awalnya tertuju pada cowok itu. “ came on . let’s introduce your self” perintah Mrs.Elena kepada cowok itu “ perkenalkan nama saya Armananda Diaz Fiarro, biasa di panggil Diaz, saya berasal dari SMAN 55 Jakarta, terimakasih” akhirnya perkenalan itu telah berlalu dan tak sedetik pun aku melihat wajah anak baru itu dan akhirnya jam pelajaran Mrs.Elena telah usai. Namun tak ada satupun materi yang ku pahami masuk ke dalam memory kepalaku.

Semua anak berbondong-bondong menuju kantin. Entah perut mereka kelaparan atau hanya sekedar mengikuti arus nafsu pada pagi setengah siang ini, kecuali aku yang tetap duduk terpaku dengan tatapan tertunduk dalam kelas yang kosong. Selang waktu kemudian,  seseorang   mendekatiku dan seolah-olah ingin berkenalan dengan ku. “Hay!!!” sapanya, lagi-lagi  tak ku jawab. “Hay!!!” sapaan itu terucap kembali. Oke! Aku kalah dan memandangkan tatapan ku kearahnya, “sepertinya aku pernah melihat orang ini, tapi dimana ya?” gumamku dalam hatiku. Kepalaku masih terlalu pusing untuk mengingat semuanya.

***

Keesokan harinya aku mengenali siswa baru itu, cowok yang kemarin menubrukku dan tak sedikitpun ku hiraukan sapaannya. Semakin hari semakin aku dekat dengannya, meskipun aku tahu Diaz pernah mencelakakanku. Dan begitu pula aku bukan tipe orang yang suka menyimpan dendam. Jadi aku ma’afkan kesalahannya.

Diaz adalah sosok  lelaki yang mampu menarik perhatian wanita. Bak seorang dewa yang turun dari langit. Senyum manis selalu terukir di pipinya. Kecerdasan Diaz dalam menggunakan logika membuat penghuni kelas X1 iri padanya. Begitu pula dengan ku. Kini hidupku selalu bersaing dengan Diaz tapi itu hanya terjadi di dalam kelas saja,selain itu aku dan Diaz selalu bersahabat dan selalu saling membantu dalam hal apapun.

Ada yang aneh di pagi ini. Diaz tidak masuk sekolah. Dia yang selalu datang tepat waktu kini menghilang entah kemana. Aku merasa ada sesuatu yang hilang di hari-hariku. Sejak itu juga aku selalu ingin disampingnya.Tuhan rasa ini berbeda. Mungkinkah aku jatuh cinta padanya?? Oh sedih rasanya di saat harus ku akui dia hanyalah teman hidupku.

Seminggu berlalu..

Diaz tidak memberi kabar padaku. Sebenarnya aku pernah berniat untuk menanyakan kabarnya namun ku urungkan niatku. Tapi bagaimanapun juga aku harus mengetahui kabar Diaz saat ini. Setelah pulang sekolah nanti aku berniat menjenguk Diaz ke rumahnya bersama Farrah, temanku.

***

                Blok B No 12 Perumahan Cempaka Hijau.

Kini aku berdiri di depan bangunan besar berwarna putih. Rumah Diaz.  “Sudahlah coba ketuk pintunya mungkin mereka ada dalam rumah”Farrah meyakinkan padaku. “Okelah” jawabku pasrah. “Kring…Kring…Kring…”bunyi bel rumah Diaz. “Permisi..” Tak ada yang merespon panggilanku, tapi tak lama kemudian ada yang membukakan pintu.  “Ada yang bisa saya bantu?” Tanya wanita setengah baya.  Mungkin pembantu di rumah Diaz. “Diaznya ada bu?”. “Diaznya…emmmm…” kata-kata wanita itu menggantung di udara. “Bu.. Saya tanya kok gak di jawab?” tanyaku resah. “Sebentar  ya.. “ ujarnya ke arahku dan Farrah kemudian segera membalikkan badan. “Nyonya..ada tamu?”wanita itu memanggil majikannya sambil  berlalu dari hadapanku. “Ada apa ya..?”Tanya Mama Diaz. “ Ma’af Tante… Diaznya ada?”tanyaku. “Kamu siapa ya?” Mama Diaz menatapku penuh makna. “ Emmm..  saya.. “ jawabku terbata “ Oh.. Tante tahu.. Kamu pasti Luna teman sekelasnya Diaz kan?? “ tunjuknya ke arahku.  “ ii.. iiya tante.. “ “ Ayo ikut tante. Ada yang perlu kamu ketahui “ Tanpa ba bi bu Mama Diaz langsung menarik tangan ku ke dalam.  “ dari mana beliau tahu kalo aku temannya Diaz ?? padahal tak pernah sekalipun aku bertatap muka dengannya.” Rasa penasaran itu terus menghantuiku sampai aku masuk ke dalam sebuah ruangan.

Argumenku mengatakan ruangan ini adalah kamar Diaz. Rapi, bersih, aroma tubuh lelaki tercium saat aku sampai di pintu.  Berbagai bingkai foto terpajang di atas meja. Sekilas ku temukan potret diriku di antara foto-foto yang ada. Didalam foto itu aku tersenyum bahagia bersama Diaz di sampingku. Ya, aku ingat. Itu adalah foto saat kami belajar bersama di taman sekolah. Terlihat air kolam mengalir jernih di hiasi bunga-bunga indah di sekitarnya menjadi background potret kami kala itu.

“Luna..” Mama Diaz memanggilku. Aku segera berpaling kearah beliau.” Tante tahu hanya kamulah teman Diaz yang paling tepat mengetahui hal ini” Aku terdiam. Sejenak ku coba memahami perkataannya. Firasatku mengatakan ada yang tidak beres. “ Tante cerita aja gapapa” ku coba memberanikan diri berkata padanya. ”Diaz mengalami kanker otak stadium akhir. Sekarang, dia sedang menjalani pengobatan di Singapura bersama ayahnya” terang mama Diaz dengan tertunduk menyerah. Aku tak percaya dengan apa yang baru saja ku dengar. Air mataku sudah di ujung kelopak mata. Namun ku tahan dan segera berpamitan pulang. Kasihan Farrah menunggu di luar sendirian. “ kamu gapapa, Na? “ Farrah seakan mengerti perasaanku. “ Gapapa kok Far, aku baik-baik aja. Pulang yuk?” kami berjalan menyusuri sepanjang komplek perumahan.

***

                Aku marah dengan Diaz. Mengapa dia tak pernah bercerita padaku?? Mungkinkah kepercayaan mu tlah hilang ?? “. “Agrhhh.. !!” ku lemparkan diriku diatas ranjang sambil memeluk gulingku. Ya Allah apa yang bisa ku lakukan untuk Diaz? Aku tak mau kehilangannya..?.Jagalah dia Ya Allah.

***

                Tadi malam aku bermimpi Diaz memberikan senyuman terindahnya untukku. Dia tersenyum puas seperti tak ada beban dihidupnya, kemudian dia berkata bahwa dia akan selalu ada disampingku selamanya. Senang rasanya walaupun itu semua hanya lah sebatas mimpi.

***

“Luna, bisakah kamu ke rumah tante siang ini ?” sebuah pesan singkat dari mama Diaz. “iya tante..” segera kubalas pesan itu.
Saat ku berjalan kearah rumah Diaz, aku sempat bingung mengapa perumahan Blok B Cempaka ini sangat ramai dan banyak karangan-karangan bunga. Jangan-jangan Diaz..pikirku dalam hati .Ah tak mungkin itu terjadi. Tapi semakin lama langkahku semakin pelan. Banyak orang di depan rumah Diaz, akhirnya ku beranikan diri untuk masuk ke dalam. Dan runtuhlah hatiku pada saat itu juga,seorang yang sangat kucintai telah terbujur kaku di hadapanku,seketika itu pula aku memukul-mukul kepalaku menyatakan bahwa ini hanyalah mimpi burukku,tapi aku merasakan sakit pukulanku sendiri. Ya Allah ini tak mungkin terjadi, jangan hilangkan Diaz dari hidupku, karna dari Dialah kutemukan sebagian kebahagiaan didalam hidupku.

Kurasakan pelukan lembut ditubuhku “Tante juga seperti hati Luna sekarang”kata itu terdengar dengan tangisan pilu. Ku beranikan diri untuk mendekat ke jenazah Diaz, kupandangi wajahnya tampak biru pucat. Hilang sudah senyum dirinya.

Kini saat terakhirku untuk melihat wajah Diaz. Aku tak terima dengan keadaan ini, aku yakin ini belum berakhir. Ya belum berakhir untuk hubunganku dengan Diaz. “Luna ini untukmu” mama Diaz memberikan surat bewarna pink untukku. “apa ini tante ??”jawabku pasrah. “Bacalah di kamarmu sendiri”.

Aku  pulang dengan kehampaan kosong. 5L terpampang jelas di diriku.

Aku penasaran dengan surat ini. Akhirnya ku baca didalam kamarku.

Untuk sosok yang ku kagumi..

Yang kan selalu tersenyum kala suka maupun duka..

 

Luna..

Saat kau membaca surat ini, aku tlah meninggalkanmu

Roh ku tlah tinggalkan jasad yang berbaring sendiri dalam sunyi

 

Luna…

Aku senang pernah mengenalmu

Aku senang pernah membuatmu telat masuk sekolah

Aku pun senang pernah menjadi bagian hidupmu

 

Aku pernah terdiam

Tiada berharap pernah mencintaimu

Aku bahkan menahan siksaan batinku

 

Dulu aku selalu berpikir

Cinta bisa melampaui segalanya

Saat itu aku tak tau

Bahwa ternyata ada kekuatan lain yang di sebut TAKDIR

 

Namun

Di dalam hari-harimu yang sunyi dan sedih

Ku mohon sebutkan namaku dengan lirih

Katakan bahwa

“ Ada yang sedang merindukanmu”

 

Di dunia ini

Aku ingin hidup di dalam hati seseorang yang merindukanku

Ku kan ada dalam setiap langkah hidupnya

 

Tak kuasa ku menahan airmata ini. Mengalir deras tiada henti. Diaz.. kini ku bahagia.. ku mengerti apa yang kau rasakan.. Kan ku ingat slalu pesanmu. Semoga kau tenang di alam sana…

 

OLEH : OVINZY